Asy-Syaikh Hamad bin ‘Abdillah Al-Jutaili berkata:
Saya mempunyai beberapa kenangan tentang Syaikh Al-Utsaimin, yaitu selama saya belajar kepada beliau selama 30 tahun di Al-Jami’ Al-Kabir, Unaizah. Yaitu tentang kesabaran beliau, dimana pada awal perjalanan mengajar beliau hanya ada saya dan beberapa pelajar lain, namun beliau senantiasa bersabar sampai akhirnya kajian beliau berkembang dan diikuti oleh ribuan pelajar. (Safahat Mushriqah min Hayat Al-Imam Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, hal. 80)
Diingatkan oleh Muridnya
Dikisahkan, pada sebuah khutbah Jum’at, Asy- Syaikh Al-’Utsaimin menjelaskan tentang keutamaan surat Al-Fatihah sebelum tidur dan menganjurkan setiap orang untuk membacanya. Setelah selesai khutbah, salah seorang pelajar mengingatkan Asy- Syaikh Al-’Utsaimin, “Wahai Syaikh, yang anda maksud mungkin tadi keutamaan ayat Kursi.” Asy-Syaikh Al-’Utsaimin kemudian menyadari bahwa dirinya secara tidak sengaja telah melakukan kesalahan. Maka beliau pun segera meralat kesalahannya sebelum para jamaah pergi, mengingatkan mereka bahwa beliau telah berbuat salah dan yang benar adalah keutamaan membaca ayat Kursi sebelum tidur. (Safahat Mushriqah min Hayat Al-Imam Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, hal. 43)
Menuntut Ilmu Sejak Anak-anak
Asy-Syaikh ‘Ashim bin ‘Abdil Mun’im Al-Mari menceritakan:
Sifat yang paling menonjol dari Asy-Syaikh Al-’Utsaimin adalah ketekunan beliau dalam menuntut ilmu. Beberapa saudara Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Mani’ rahimahullah, Qadhi Unaizah pada tahun 1360 H (1936) menyebutkan bahwa Asy-Syaikh Al-’Utsaimin selalu datang pagi-pagi ke rumah Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad sambil membawa kertas dan buku. Asy- Syaikh Al-’Utsaimin kemudian mengetuk pintu, mengucapkan salam dan meminta ijin untuk masuk ke perpustakaan. Beliau biasa ada di perpustakaan itu sampai menjelang Dzuhur. Ini dilakukan ketika beliau masih anak-anak (belum mencapai usia baligh). (Ad-Durr Ats-Tsamin fi Tarjamti Faqihil Ummah Al-’Allammah bin ‘Utsaimin, hal. 24)
“Istirahat adalah dengan tetap memberikan pelayanan kepada umat”
Asy-Syaikh Badr bin Nadhir Al-Masyari menceritakan:
Meskipun dalam keadaan kesehatannya kurang baik, Asy-Syaikh Al-’Utsaimin tetap bersemangat untuk memberikan khutbah Jum’at di Al-Jami’ Al- Kabir, memimpin doa, dan menemui tamu-tamu untuk menjawab pertanyaan ataupun memberikan penjelasan. Semua ini memang kemauan dari beliau sendiri, dimana pada suatu hari dikatakan kepada beliau, “Wahai Syaikh, beristirahatlah.” Maka beliau menjawab, “Istirahat adalah dengan tetap memberikan pelayanan kepada umat.” (Ad-Durr Ats- Tsamin fi Tarjamti Faqihil Ummah Al-’Allammah bin ‘Utsaimin, hal. 296)
Prihatin dengan Krisis yang Terjadi pada Umat
Asy-Syaikh Badr bin Nadhir Al-Masyaari menceritakan:
Salah seorang murid Asy-Syaikh Al-’Utsaimin bercerita kepada saya bahwa beliau pernah mengalami tidur dalam waktu sedikit ketika krisis yang besar melanda umat, khususnya pada saat Perang Teluk dan tragedi pembantaian muslimi di Bosnia dan Chechnya. Waktu itu beliau sering berdoa di waktu malam kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberi kemenangan bagi kaum muslimin dalam melawan musuh-musuhnya, menguatkan Islam, dan menghancurkan musuh-musuh Islam. Beliau pun berdoa untuk keselamatan kaum muslimin secara keseluruhan dan memberi mereka dorongan agar tetap teguh dalam menghadapi berbagai kesulitan menghadapi musuh-musuh Isam. (Ad-Durr Ats-Tsamin fi Tarjamti Faqihil Ummah Al-’Allammah bin ‘Utsaimin, hal. 300)
Menghapal Al-Qur’an dalam Waktu Enam Bulan
Asy-Syaikh Ibrahim bin Hamad Al-Jutaili, seseorang yang telah mengenal Asy-Syaikh Al-’Utsaimin selama 45 tahun dan telah belajar kepada beliau selama 20 tahun bercerita: Beliaumampu menghapal Al-Qur’an dalam waktu 6 bulan di bawah bimbingan gurunya Asy-Syaikh Ali bin Abdullah Asy-Syuhaitan. (Ad-Durr Ats-Tsamin fi Tarjamti Faqihil Ummah Al-’Allammah bin ‘Utsaimin, hal. 23)
Catatan: Berdasar cerita ini maka menjadi jelas bahwa Asy-Syaikh Al-’Utsaimin tidak menghapal Al-Qur’an di bawah bimbingan kakeknya, Abdurrahman bin Sulaiman Al-Damigh, sebagaimana yang banyak diketahui. Kepada kakeknya itu beliau semata hanya belajar membaca Al-Qur’an, sementara untuk menghapalnya beliau dibimbing oleh Asy-Syaikh Asy-Syuhaitan.
Tetap Shalat Malam Meski Kelelahan
Muhammad bin ‘Abdil Jawwad As-Sawi mengisahkan:
Suatu ketika Asy-Syaikh Al-’Utsaimin diundang oleh suatu lembaga amal di Jeddah. Acara yang beliau hadiri itu ternyata sangat panjang, sampai mendekati jam satu malam dimana kebiasaan beliau adalah beristirahat pada waktu demikian. Terlihat sekali beliau mengalami kelelahan dan mengantuk. Kami akhirnya pulang dan mengantar Asy-Syaikh Al-’Utsaimin ke rumah, sementara kami sudah tidak bisa lagi menahan kantuk. Ketika hari masih malam, yaitu sekitar jam 03.30, setelah kami tertidur selama kurang lebih dua jam, saya mendengar suara Asy-Syaikh Al-’Utsaimin yang sedang sholat dalam keadaan beliau baru saja kelelahan dan kurang tidur, namun beliau tetap menyempatkan untuk melakukan shalat malam. (Safahat Mushriqah min Hayat Al-Imam Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, hal. 73)
Sumber: Untaian Mutiara Kehidupan Ulama Ahlus Sunnah, oleh Abu Abdillah Alercon, dll
(www.fatwaonline.com), penerbit Qaulan Karima, hal. 101-118
0 komentar:
Posting Komentar