Jumat, 31 Oktober 2014

Kapankah Malam Lailatul Qadr ?

Leave a Comment
Syaikh Utsaimin ditanya,”Apakah malam lailatul qadar tertentu pada satu malam ataukah berpindah-pindah (berubah-ubah pada setiap tahunnya) dari satu malam ke malam yang lainnya?”

Beliau menjawab,” Tidak diragukan lagi bahwa malam lailatul qadar itu ada di bulan Ramadhan sesuai dengan firman Allah
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيلَةِ الْقَدْر
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (malam lailatul qadar)” (QS 97:1).

Allah menjelaskan dalam ayat yang lain bahwasanya Allah menurunkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan, Allah berfirman
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ
 “Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya Al-Qur’an” (QS 2:185).

Dulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam i’tikaf di sepuluh malam pertama di bulan Ramadhan untuk mencari malam lailatul qadar, kemudian beliau i’tikaf di sepuluh malam pertengahan, kemudian beliau bermimpi bahwa beliau melihat lailatul qadar di sepuluh malam yang terakhir di bulan Ramadhan[i], kemudian para sahabatpun bermimpi bahwa lailatul qadar jatuh pada tujuh malam yang terakhir di bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda,”Saya melihat mimpi-mimpi kalian tepat bersamaan pada tujuh malam yang terakhir maka barangsiapa yang ingin mencari lailatul qadar hendaknya dia mencarinya pada tujuh malam yang terakhir”.[ii]

Dan hadits ini menunjukan batasan yang paling kecil dari waktu jatuhnya lailatul qadar.
Jika kita amati dalil-dalil yang berkaitan dengan lailatul qadar, maka akan jelas bagi kita bahwa lailatul qadar berpindah-pindah dari malam yang satu ke malam yang lain, tidak terbatas pada malam tertentu setiap tahun. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mimpi dinampakkan lailatul qadar, dan pada pagi harinya beliau sujud di atas air dan tanah (becek-pent), dan malam itu adalah malam ke-21.[iii] Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,”Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan!”[iv]. Hal ini menunjukan bahwa lailatul qadar tidak terbatas pada malam tertentu, dengan demikian dalil-dalil tersebut bisa dijamak, sehingga setiap orang pada malam dari sepuluh malam terakhir  bisa mengharapkan lailatul qadar.

Dan pahala lailatul qadar berlaku bagi orang yang shalat di malam itu dengan penuh keimanan dan penuh pengharapan, sama saja apakah dia tahu bahwa pada malam itu adalah malam lailatul qadar ataukah tidak? Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,”Barangsiapa yang shalat di malam lailatul qadar dengan (penuh) keimanan dan mengharapkan (balasan di sisi Allah) maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”[v]. Dan Nabi tidak berkata “jika dia mengetahui bahwa dia sedang berada di malam lailatul qadar”.

Oleh karena itu tidak disyaratkan bagi si pelaku yang ingin mendapatkan pahala dari Allah harus mengetahui bahwa malam itu adalah malam lailatul qadar. Namun barang siapa yang shalat malam di seluruh sepuluh malam yang terakhir dengan penuh keimanan dan pengharapan maka kita yakin dia pasti mendapatkan lailatul qadar, apakah di awal sepuluh malam yang terakhir, di tengahnya, ataukah di akhirnya? Allahlah yang memberi taufiq. (Majmu’ fatawa 14/228-229).




[i] HR Al-Bukhari  no 2016 dan Muslim no 215.
[ii] HR Al-Bukhari  no 2015 dan Muslim no 215.
[iii] HR Al-Bukhari 2015.
[iv] HR Al-Bukhari no 913 dan Muslim no 1169.
[v] HR Al-Bukhari dan Muslim.

0 komentar:

Posting Komentar