Jumat, 31 Oktober 2014

Hari Asyuro Dalam Sejarah

Leave a Comment
          
  Di riwayatkan dari Ibunda Aisyah semoga Allah meridhoinya, beliau berkata: "Adalah orang-orang Qurais pada zaman Jahiliyah berpuasa pada hari Aysuro, dan Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam juga berpuasa pada hari itu pada zaman Jahiliyah, ketika beliau datang ke Madinah beliau pun berpuasa (pada hari itu) dan menyuruh (sahabatnya) untuk berpuasa, mana kala telah di wajibkan untuk berpuasa pada bulan Ramadhan maka hari Aysuro di tinggalkan, siapa yang menghendaki berpuasa maka berpuasa siapa yang tidak mau maka boleh meninggalkanya". HR Bukhari no: 202, Muslim no: 1125.

Hadits ini menunjukan bahwa orang-orang Jahiliyah dahulu mereka telah mengetahui adanya puasa pada hari Asyuro, di mana hari itu adalah hari yang sudah di kenal di kalangan mereka, bahwasanya mereka juga melakukan puasa pada hari-hari tersebut, begitu pula Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam juga ikut berpuasa, dan puasanya terus berlanjut sampai beliau hijrah ke Madinah, namun tidak menyuruh para sahabatnya untuk berpuasa, maka hal ini menunjukan atas kesucian dan agungnya kedudukan hari tersebut bagi orang-orang Arab pada zaman Jahiliyah sebelum di utusnya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, oleh karena itu mereka pada hari itu menutupi Ka'bah, sebagaimana di kisahkan dalam hadits Aisyah semoga Allah meridhoinya, beliau berkata: "Adalah orang-orang pada zaman Jahiliyah, mereka berpuasa pada hari Asyuro, sebelum di wajibkanya puasa Ramadhan, dan bertepatan dengan hari itu Ka'bah ditutupi dengan kain kiswah..".HR Bukhari no: 1952.

Berkata Imam al-Qurthubi mengomentari hadits yang di riwayatkan Aisyah: "Hadits Aisyah menunjukan bahwa berpuasa pada hari tersebut sudah di kenal di kalangan mereka, akan kedudukan nya dan di syari'atkanya (untuk berpuasa), kemungkinan adanya mereka melakukan puasa karena mereka menganggap bahwa itu bagian dari syari'at Nabi Ibrohim dan anaknya Isma'il Alaihima sallam, karena sesungguhnya mereka sering menasabkan dirinya pada kedua Nabi tersebut, dan juga sering kali mereka menasabkan kepada keduanya dalam masalah hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah haji dan ibadah yang lainya.."[i]

Dan yang bisa di ambil faidahnya dari sekumpulan hadits-hadits di atas adalah bahwa berpuasa pada hari Asyuro pertama kalinya adalah wajib sebelum hijrahnya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam ke Madinah, menurut pendapat yang kuat dari kalangan para ulama.[ii] Berdasarkan ketetapan perintah dari Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, di riwayatkan dari Salamah bin al-Akwa' semoga Allah meridhoinya berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam menyuruh seorang yang baru masuk Islam supaya (ketika pulang ke kabilahnya) menyeru kepada manusia, bahwa siapa yang sudah terlanjur makan (maksudnya tidak berpuasa pada hari Asyuro.pent) hendaknya berpuasa pada sisa harinya, sedangkan siapa yang belum makan (apa-apa) maka hendaknya berpuasa, karena pada hari ini adalah hari Asyuro". HR Bukhari no: 2007, Muslim no: 1135. Dan hadits ini mempunyai penguat dari hadits Rubayi' bint Mu'wadz yang di keluarkan oleh Bukhari no: 1860.

Ketika di wajibkanya puasa pada bulan Ramadhan, yaitu pada tahun kedua setelah hijriyahnya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam maka kewajiban untuk berpuasa pada hari Asyuro di hapus, dan hukumnya tetap tapi menjadi sunah, sedangkan perintah untuk berpuasa pada hari Asyuro tidak pernah terjadi melainkan dalam setahun sekali yaitu pada tahun kedua hijriyah ketika di wajibkan puasa Asyuro pada awal tahun, kemudian pada pertengahannya di wajibkan untuk berpuasa Ramadhan. Kemudian Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam berniat pada akhir hayatnya –yaitu pada tahun kesepuluh hijriyah- untuk tidak berpuasa pada hari kesepuluh, namun akan berpuasa pada hari sebelumnya yaitu hari ke Sembilan. Sebagaimana akan datang penjelasanya pada bab berikutnya –insya Allah- yang mana itu merupakan bagian dari bentuk-bentuk menyelisihi ahli kitab di dalam tata cara pelaksanaan puasa mereka.

Ya Allah, Dzat yang tidak terpengaruh dengan perbuatan maksiat hamba -Nya, Dzat yang tidak mengambil manfaat dari ketaatan hamba -Nya. Berilah kami kemudahan untuk kembali dan bertaubat kepada -Mu, Wahai Rabb kami bangunkanlah kami dari tidur kelalaian, ingatkanlah kami supaya kami bisa menggunakan waktu-waktu yang terbuang. Ya Allah jadikanlah kami di antara orang-orang yang bertawakal kepada -Mu, lalu berilah kami kecukupan akan hal itu, Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepada -Mu petunjuk, maka berilah kami petunjuk -Mu, memohon kepada -Mu pertolongan, maka turunkanlah pertolongan -Mu, menyembah kepada -Mu maka rahmatilah kami. Sholawat serta salam semoga Allah Ta'ala curahkan kepada Nabi kita Muhammad Sholallahu 'alaihi wa sallam.

diambil dari buku karya Syaikh Abdullah Al Fauzan
edisi terjemahan bahasa Indonesia " hadits - hadits seputar bulan Muharram "
www.islamhouse.com 




[i] . al-Mufham 3/190.
[ii] . al-Fatawa 25/311.

0 komentar:

Posting Komentar